Perkembangan era revolusi industri 4.0 berdampak
terhadap berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan dalam
bertransformasi tentunya tidak berdiri sendiri. Pendidikan diharapkan dapat
menjawab segala tantangan, dimana harus memenuhi kebutuhan masyarakat
penggunanya dan harus mampu mempersiapkan masyarakat dalam kehidupan yang
sesungguhnya. Pendidikan harus mampu memberikan serangkaian aktivitas dan
kegiatan yang diorganisasikan untuk memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik yang dinamakan dengan kurikulum yang mampu menjawab tantangan
tersebut. Kurikulum yang ditawarkan harus mampu menjawab kompleksitas tantangan
ke depan. Kompleksitas sebagai konsekuensi dari masyarakat yang selalu ingin
berkembang dan juga laju perkembangan teknologi yang menuntut masyarakat untuk
selalu dinamis.
Output
kurikulum yaitu generasi peserta didik yang cemerlang di masa depan
menjadi mutlak adanya. Permasalahan pendidikan yang semakin menantang terutama
berkaitan dengan masalah nilai sosial yang akhir-akhir ini kita rasakan semakin
tereduksi dengan kebebasan media. Maka adalah hal penting untuk
mempertimbangkan aspek sosial dalam pengembangan kurikulum. Sebagaimana pengertian
sosiologis yang diutarakan Sukmadinata (1997: 58) sebagai berikut:
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia yang lain dan
asing terhadap masyarakat, tetapi manusia lebih bermutu, mengerti dan mampu
membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan
harus disesuaikan dengan kondisi karakteristik, kekayaan dan perkembangan
masyarakat tersebut.
Sudah seyogyanya aspek sosiologis menjadi sebuah
landasan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum agar manusia yang
dihasilkan oleh kurikulum melalui pendidikan itu tidak salah pegangan dan dapat
membangun masyarakatnya. Karena sejatinya peserta didik dididik oleh pendidikan
untuk disiapkan kembali ke masyarakatnya. Sekaligus mengembangkan nilai-nilai
yang ada dimasyarakatnya sehingga bisa survive
atau bahkan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum
Peserta didik di sekolah adalah pribadi yang unik. Setiap
individu punya latar belakang yang berbeda. Ada yang dari keluarga petani,
keluarga pedagang, keluarga pemimpin perusahaan dan lain sebagainya. Mereka mempunyai
motivasi yang berbeda-beda untuk sekolah. Tapi di balik perbedaan yang kompleks
tersebut, ada yang harus diperhatikan oleh sekolah. Yaitu kebiasaan, tradisi,
adat istiadat, ide-ide, kepercayaan, nilai-nilai yang tumbuh di lingkungan
peserta didik. Sehingga penting pada nantinya peserta didik besar dalam nilai-nilai
positif yang tumbuh di masyarakat sekaligus akan tampil sebagai agen sosial
bagi lingkungannya. Berbagai aspek tersebut disoroti melalui kacamata bernama
sosiologis. Sehingga sosiologis perlu menjadi landasan dalam pengembangan
kurikulum. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang
berasal dari sosiologis yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Ada dua pertimbangan sosiologis yang dijadikan landasan
dalam pengembangan kurikululm, yaitu: 1) setiap orang dalam masyarakat selalu
berhadapan dengan masalah anggota masyarakat yang belum dewasa dalam
kebudayaan, maksudnya manusia yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kebiasaan
kelompoknya; dan 2) kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari
cara orang berfikri, merasa dan bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk
membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan.
Karena itu Idi (2007: 77) mengutarakan bahwa
pengembang kurikulum harus :
1. Mempelajari
dan memahami kebutuhan masyarakat
2. Menganalisis
budaya masyarakat tempat sekolah berada
3. Menganalisis
kekuatan serta potensi daerah
4. Menganalisis
syarat dan tuntutan tenaga kerja
5. Menginterpretasi
kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.
Apa Pentingnya Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum?
Landasan sosiologi menjadi penting dalam pengembangan
kurikulum karena menurut Sukirman dalam Khalim (2019) dalam pengembangan
kurikulum perlu mempertimbangkan:
1. Individu
lahir tidak berdaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui
interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan
sekolah/lembaga pendidikan. oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan
salah satu alat yang disebut kurikulum;
2. Kurikulum
pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis
adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam,
seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan dan sebagainya. Pendidikan di
sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi,
berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbudaya. Hal ini membawa
implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti nilai-nilai,
dikap-dikap, pengetahuan dan kecakapan.
3. Seluruh
nilai yang disepakati oleh masyarakat yang kemudian disebut kebudayaan
merupakan konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Adanya kebudayaan karena
hasil dari pemikiran keras dari pengalaman-pengalaman orang terdahulu. Dan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.
Selain ketifga faktor di atas, Sukmadinata (1997:58-59)
menyebutkan faktor penting pentingnya landasan sosiologis dalam pengembangan
kurikulum adalah karena:
1. Pendidikan
mengandung dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini dikarenakan pendidikan
diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang
ada dan diharapkan masyarakat;
2. Pendidikan
diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat.
3. Pelaksanaan
pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat
pendidikan itu berlangsung. Seperti dukungan penyediaan fasilitas, personalia,
sistem sosial budaya, politik, keamanan dan lain-lain.
Penjelasan
di atas ditegaskan oleh Hamalik (2008: 75-80), bahwa masyarakat suatu sistem maupun
subsistem berikutnya dapat mempengaruhi proses pendidikan, oleh karenanya
mereka dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum maka dengan landasan
sosiologi peserta didikan akan menjadi:
1. Subsitem
kepercayaan/keyakinan hidup
Setiap masyarakat mempunyai kepercayaan atau keyakinan
tentang bentuk manusia yang mereka cita-citakan. Cita-cita tersebut terejawantahkan
dalam kepercaaan agama atau falsafah hidup masyarakat. Bangsa kita memiliki
keyakinan, bahwa manusia yang diharapkan atau dicita-citakan oleh masyarakat
adalah manusia pembangungn yang berpancasila.
2. Subsistem
nilai
Nilai adalah ukuran umum yang dipandang baik oleh
masyarakat dan menjadi pedoman dari tingkah laku manusia tentang cara hidup
sebaik-baiknya.
3. Subsistem
kemasyarakatan
Pendidikan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kurikulum yang demikian adalah
kurikulum yang relevan dengan masyarakat. Dibalik itu, masyarakat merupakan
lingkungan pendidikan, dalam artian suatu lingkungan yang mempengaruhi sekolah
dan sebaliknya sekolah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Apabila kebutuhan
masyarakat dianalisis, hal ini akan sangat membantu para penyusun kurikulum
dalam merumuskan masalah masyarakat (social
problem), yang terkait dalam pemilihan dan penyusunan bahan-bahan dan
pengalaman-pengalam kurikuler.
4. Subsistem
permintaan atau tuntutan (demands)
Kebutuhan masyarakat mendorong munculnya permintaan
yang perlu dipenuhi. Sebagai contoh, andaikan masyarakat membutuhkan atau menuntut
adanya perumahan, penyelesaian kenakalan remaja, keterampilan, pengupahan dan
perburuhan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Berdasarkan permintaan-permintaan
tersebut, maka perencana kurikulum dapat memilih bahan-bahan dan pengalaman-pengalaman
kurikulum yang relevan.
Jadi jelas
bahwa dalam pengembangan kurikulum sejatinya harus dibangun dan dikembangkan
dengan tetap merujuk pada asa kemasyarakatan sekaligus dengan ktbutuhan masyarakat.
Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum ini menjadi dasar agar pendidikan
mampu menjawab tantangan masyarakat dan membekali peserta didik untuk setia
pada norma/etika di masyarakat.
Kesimpulannya?
Pendidikan merupakan
suatu proses kebudayaan
yang lahir dari
budaya dan dilaksanakan dalam
rangka proses pembudayaan,
melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya.
Dalam proses tersebut
perlu landasan sosiologis pengembangan kurikulum.
landasan pengembangan kurikulum
adalah pondasi pengembangan rancangan
pembelajaran yang melihat
dari sisi sosial
masyarakat. Dimana dalam pembelajaran nantinya peserta didika akan
dibina dan dikembangkan sesuai
dengan nilai budayanya,
serta dipupuk kemampuan
drinya menjadi manusi berbudaya
Landasan
sosiologis penting adanya dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum pada prinsipnya
pendidikan harus mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu
dan kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau pendidikan
memerhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti memberi jawaban atas
tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan. Sementara
dengan adanya landasan
sosiologis pengembangan kurikulum yang merujuk
pada asas kemasyarakatan dan
juga kebutuhan masyarakat
membuat pendidikan lebih bermakna.
Harapanya dengan adanya
landasan sosiologis pendidikan akan
mampu menjawab tantangan
masyarakat, membekali peserta
didik untuk setia pada norma/etika dimasyarakat dan sekaligus mampu menjadi
agent of change untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakatnya.
Referensi :
Hamalik, O. 2008. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum. Banfung: Remaja Rosda Karya
Idi, A. 2014. Pengembangan
Kurikulum : Teori dan Praktik. Jakarta: Rajagrafindo
Khalim, A. D. N. 2019. Landasan Sosiologis
Pengembangan Kurikulum sebagai Persiapan Generasi yang Berbudaya Islam. Jurnal Kajian Kritis Pendidikan Islam dan
Manajemen Pendidikan Dasar, vol.2 (1). 2599-2732. Tersedia: https://ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/As_Sibyan/article/view/111
Sukmadinata, N. S. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya
Social Media