BLANTERORIONv101

Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum

9 April 2020

Perkembangan era revolusi industri 4.0 berdampak terhadap berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan dalam bertransformasi tentunya tidak berdiri sendiri. Pendidikan diharapkan dapat menjawab segala tantangan, dimana harus memenuhi kebutuhan masyarakat penggunanya dan harus mampu mempersiapkan masyarakat dalam kehidupan yang sesungguhnya. Pendidikan harus mampu memberikan serangkaian aktivitas dan kegiatan yang diorganisasikan untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik yang dinamakan dengan kurikulum yang mampu menjawab tantangan tersebut. Kurikulum yang ditawarkan harus mampu menjawab kompleksitas tantangan ke depan. Kompleksitas sebagai konsekuensi dari masyarakat yang selalu ingin berkembang dan juga laju perkembangan teknologi yang menuntut masyarakat untuk selalu dinamis.
Output kurikulum yaitu generasi peserta didik yang cemerlang di masa depan menjadi mutlak adanya. Permasalahan pendidikan yang semakin menantang terutama berkaitan dengan masalah nilai sosial yang akhir-akhir ini kita rasakan semakin tereduksi dengan kebebasan media. Maka adalah hal penting untuk mempertimbangkan aspek sosial dalam pengembangan kurikulum. Sebagaimana pengertian sosiologis yang diutarakan Sukmadinata (1997: 58) sebagai berikut:
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia yang lain dan asing terhadap masyarakat, tetapi manusia lebih bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat tersebut.
Sudah seyogyanya aspek sosiologis menjadi sebuah landasan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum agar manusia yang dihasilkan oleh kurikulum melalui pendidikan itu tidak salah pegangan dan dapat membangun masyarakatnya. Karena sejatinya peserta didik dididik oleh pendidikan untuk disiapkan kembali ke masyarakatnya. Sekaligus mengembangkan nilai-nilai yang ada dimasyarakatnya sehingga bisa survive atau bahkan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum


Peserta didik di sekolah adalah pribadi yang unik. Setiap individu punya latar belakang yang berbeda. Ada yang dari keluarga petani, keluarga pedagang, keluarga pemimpin perusahaan dan lain sebagainya. Mereka mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk sekolah. Tapi di balik perbedaan yang kompleks tersebut, ada yang harus diperhatikan oleh sekolah. Yaitu kebiasaan, tradisi, adat istiadat, ide-ide, kepercayaan, nilai-nilai yang tumbuh di lingkungan peserta didik. Sehingga penting pada nantinya peserta didik besar dalam nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat sekaligus akan tampil sebagai agen sosial bagi lingkungannya. Berbagai aspek tersebut disoroti melalui kacamata bernama sosiologis. Sehingga sosiologis perlu menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologis yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Ada dua pertimbangan sosiologis yang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikululm, yaitu: 1) setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan, maksudnya manusia yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kebiasaan kelompoknya; dan 2) kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang berfikri, merasa dan bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan.
Karena itu Idi (2007: 77) mengutarakan bahwa pengembang kurikulum harus :
1.    Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat
2.    Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada
3.    Menganalisis kekuatan serta potensi daerah
4.    Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
5.    Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.

Apa Pentingnya Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum?


Landasan sosiologi menjadi penting dalam pengembangan kurikulum karena menurut Sukirman dalam Khalim (2019) dalam pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan:
1.      Individu lahir tidak berdaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum;
2.      Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti nilai-nilai, dikap-dikap, pengetahuan dan kecakapan.
3.      Seluruh nilai yang disepakati oleh masyarakat yang kemudian disebut kebudayaan merupakan konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Adanya kebudayaan karena hasil dari pemikiran keras dari pengalaman-pengalaman orang terdahulu. Dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.
Selain ketifga faktor di atas, Sukmadinata (1997:58-59) menyebutkan faktor penting pentingnya landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum adalah karena:
1.      Pendidikan mengandung dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini dikarenakan pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat;
2.      Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat.
3.      Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Seperti dukungan penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya, politik, keamanan dan lain-lain.
Penjelasan di atas ditegaskan oleh Hamalik (2008: 75-80), bahwa masyarakat suatu sistem maupun subsistem berikutnya dapat mempengaruhi proses pendidikan, oleh karenanya mereka dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum maka dengan landasan sosiologi peserta didikan akan menjadi:
1.      Subsitem kepercayaan/keyakinan hidup
Setiap masyarakat mempunyai kepercayaan atau keyakinan tentang bentuk manusia yang mereka cita-citakan. Cita-cita tersebut terejawantahkan dalam kepercaaan agama atau falsafah hidup masyarakat. Bangsa kita memiliki keyakinan, bahwa manusia yang diharapkan atau dicita-citakan oleh masyarakat adalah manusia pembangungn yang berpancasila.
2.      Subsistem nilai
Nilai adalah ukuran umum yang dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi pedoman dari tingkah laku manusia tentang cara hidup sebaik-baiknya.
3.      Subsistem kemasyarakatan
Pendidikan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus berdasarkan kebutuhan masyarakat dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kurikulum yang demikian adalah kurikulum yang relevan dengan masyarakat. Dibalik itu, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan, dalam artian suatu lingkungan yang mempengaruhi sekolah dan sebaliknya sekolah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat dianalisis, hal ini akan sangat membantu para penyusun kurikulum dalam merumuskan masalah masyarakat (social problem), yang terkait dalam pemilihan dan penyusunan bahan-bahan dan pengalaman-pengalam kurikuler.
4.      Subsistem permintaan atau tuntutan (demands)
Kebutuhan masyarakat mendorong munculnya permintaan yang perlu dipenuhi. Sebagai contoh, andaikan masyarakat membutuhkan atau menuntut adanya perumahan, penyelesaian kenakalan remaja, keterampilan, pengupahan dan perburuhan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Berdasarkan permintaan-permintaan tersebut, maka perencana kurikulum dapat memilih bahan-bahan dan pengalaman-pengalaman kurikulum yang relevan.

Jadi jelas bahwa dalam pengembangan kurikulum sejatinya harus dibangun dan dikembangkan dengan tetap merujuk pada asa kemasyarakatan sekaligus dengan ktbutuhan masyarakat. Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum ini menjadi dasar agar pendidikan mampu menjawab tantangan masyarakat dan membekali peserta didik untuk setia pada norma/etika di masyarakat.

Kesimpulannya?


Pendidikan  merupakan  suatu  proses  kebudayaan  yang  lahir  dari  budaya  dan dilaksanakan  dalam  rangka  proses  pembudayaan,  melalui  interaksi  insani  menuju manusia  yang  berbudaya.  Dalam  proses  tersebut  perlu  landasan  sosiologis pengembangan  kurikulum.    landasan  pengembangan  kurikulum  adalah  pondasi pengembangan  rancangan  pembelajaran  yang  melihat  dari  sisi  sosial  masyarakat. Dimana dalam pembelajaran nantinya peserta didika akan dibina dan dikembangkan sesuai  dengan  nilai  budayanya,  serta  dipupuk  kemampuan  drinya  menjadi  manusi berbudaya
Landasan sosiologis penting adanya dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum  pada  prinsipnya  pendidikan  harus  mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau pendidikan memerhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti memberi jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan.  Sementara  dengan  adanya  landasan  sosiologis  pengembangan  kurikulum yang  merujuk  pada  asas  kemasyarakatan  dan  juga  kebutuhan  masyarakat  membuat pendidikan  lebih  bermakna.  Harapanya  dengan  adanya  landasan  sosiologis pendidikan  akan  mampu  menjawab  tantangan  masyarakat,  membekali  peserta  didik untuk setia pada norma/etika dimasyarakat dan sekaligus mampu menjadi agent of change untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Referensi :

Hamalik, O. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Banfung: Remaja Rosda Karya
Idi, A. 2014. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik. Jakarta: Rajagrafindo
Khalim, A. D. N. 2019. Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum sebagai Persiapan Generasi yang Berbudaya Islam. Jurnal Kajian Kritis Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Dasar, vol.2 (1). 2599-2732. Tersedia: https://ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/As_Sibyan/article/view/111
Sukmadinata, N. S. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.